Asal Mula Bahasa Manusia


Asal mula bahasa pada spesies manusia adalah suatu topik yang didiskusikan secara luas. Walaupun begitu, tidak ada konsensus mengenai asal awal atau waktu awalnya. Bukti empiris sangat terbatas, dan banyak ilmuwan terus menganggap semua topik secara keseluruhan tidak cocok untuk dipelajari secara serius. Pada tahun 1866, Linguistic Society of Paris sampai melarang debat mengenai subjek tersebut -- sebuah larangan yang masih tetap berpengaruh diantara dunia barat sampai akhir abad 20. [1] Sekarang, ada banyak hipotesis mengenai bagaimana, kenapa, kapan dan dimana bahasa mungkin pertama kali muncul. [2] Ia tampaknya tidak begitu banyak kesepakatan pada saat sekarang dibandingkan seratus tahun lalu, saat teori evolusi Charles Darwin lewat seleksi alamnya menimbulkan banyak spekulasi mengenai topik ini. [3] Sejak awal 1990-an, sejumlah linguistik, arkeologis, psikologis, antropolog, dan ilmuwan profesional lainnya telah mencoba untuk menelaah dengan metoda baru apa yang mereka mulai pertimbangkan sebagai 'permasalahan ter sulit dalam sains'. [4]
Daftar isi [tampilkan] 
[sunting]Pendekatan-pendekatan

Pendekatan terhadap asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. 'Teori Keberlanjutan' yaitu berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul begitu saja dari ketiadaan menjadi bentuk akhir seperti sekarang: ia pastinya berkembang dari sistem pre-linguistik awal diantara leluhur primata kita. 'Teori Ketakberlanjutan' yaitu berdasarkan ide yang berlawanan -- bahwa bahasa adalah sangat unik, sebuah sifat yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan pada spesies selain manusia dan oleh karena ia pasti muncul secara tiba-tiba selama perjalanan evolusi manusia. Perbedaan lainnya yaitu antara teori yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir yang ter-sandi secara genetis, dan mereka yang melihatnya sebagai sebuah sistem yang secara umum kultural -- dipelajari lewat interaksi sosial. [5]
Noam Chomsky adalah pendukung utama dari teori ketakberlanjutan, dan dalam masalah ini ia berpihak sedikit terpisah dengan rekan akademisnya yang lain. Dia beralasan bahwa sebuah mutasi terjadi pada salah satu individu dalam rentang 100.000 tahun yang lalu, mengakibatkan munculnya kemampuan bahasa (sebuah komponen dalam otak) secara 'instan' dalam bentuk yang 'sempurna' atau 'hampir-sempurna'. Argumentasi secara filosofinya berbunyi sebagai berikut. Pertama, dari apa yang diketahui mengenai evolusi: setiap perubahan biologis dalam suatu spesies timbul dari perubahan genetis secara acak pada satu individu, yang kemudian menyebar dalam satu kelompok peranakan. Kedua, dari perspektif komputasi dalam teori bahasa: satu-satunya perubahan yang dibutuhkan adalah kemampuan kognitif untuk membentuk dan memproses struktur data rekursif dalam pikiran (yang disebut dengan "diskrit tak-terbatas", yang muncul hanya unik pada manusia). Perubahan genetis ini, yang memberikan otak manusia suatu properti diskrit tak-terbatas, Chomsky beralasan, secara esensial merupakan loncatan yang menyebabkan dapat menghitung dari bilangan N, dimana N adalah bilangan pasti, sampai mampu menghitung sampai bilangan tak-terbatas (misalnya, jika N dapat dibentuk begitu juga N+1). Dari pernyataan di atas bahwa evolusi kemampuan bahasa pada manusia adalah saltasi karena, secara logika, tidak mungkin ada transisi secara bertingkat dari otak yang mampu menghitung pada bilangan tertentu, menjadi otak yang mampu berpikir mengenai ketak-terbatasan. Gambarannya, dengan analogi sederhana, adalah bahwa formasi kemampuan berbahasa pada manusia adalah serupa dengan formasi kristal; diskrit tak-terbatas merupakan bibit kristal dalam otak super primata, yang mendekati perkembangan menjadi otak manusia, oleh hukum fisika, saat sebuah batu kecil, tapi sangat penting, dilanjutkan oleh evolusi. [6] [7]
Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas ilmuwan, tapi mereka berbeda dalam melihat dalam pengembangannya. Diantaranya yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir, beberapa -- yang terkenal yaitu Steven Pinker [8] -- menghindari berspekulasi mengenai pelopor bahasa pada primata non-manusia, menekankan secara sederhana bahwa kajian bahasa harusnya berevolusi secara bertahap. [9] Yang lainnya pada kelompok intelektual yang sama -- yang terkenal yaitu Ib Ulbaek [10] -- menganggap bahwa bahasa berkembang tidak dari komunikasi primata tapi dari kesadaran primata, yang jauh lebih kompleks. Bagi mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi yang dipelajari secara sosial, seperti Michael Tomasello, melihat perkembangan bahasa dari aspek komunikasi primata, hal ini lebih kepada komunikasi secara gestural daripada secara vokal. [11] [12] Dimana prekursor vokal diperhatikan, banyak pendukung teori keberlanjutan membayangkan bahasa berkembang dari kemampuan manusia awal dalam bernyanyi. [13] [14]
Melampaui pembagian keberlanjutan-lawan-ketakberlanjutan adalah mereka yang melihat munculnya bahasa sebagai konsekuensi dari suatu bentuk transformasi sosial [15] yang, dengan menghasilkan tingkat kepecayaan umum yang belum pernah terjadi sebelumnya, membebaskan potensi genetik untuk kreativitas linguistik yang sebelumnya dibiarkan tertidur. [16] [17] [18] 'Teori koevolusi ritual/bicara' adalah sebuah contoh dari pendekatan ini. [19] [20] Ilmuwan-ilmuwan dalam kelompok intelektual ini menunjuk kepada fakta bahwa bahkan simpanse dan bonobo memiliki kemampuan terpendam yang, dalam lingkungan liar, jarang dipergunakan. [21]
Karena munculnya bahasa terjadi begitu jauh dalam sejarah sebelum manusia, perkembangan yang terkait tidak meninggalkan jejak sejarah langsung; dan tidak ada proses pembandingan yang dapat dilakukan pada masa sekarang. Oleh karena itu, munculnya bahasa isyarat pada masa modern -- Bahasa Isyarat Nikaragua, misalnya -- mungkin berpotensi memperlihatkan gambaran tingkat-tingkat perkembangan dan proses kreatif yang terlibat. [22] Pendekatan lainnya yaitu dengan meneliti fosil manusia awal, melihat kemungkinan adanya jejak adaptasi fisik terhadap penggunaan bahasa. [23] [24] Pada beberapa kasus, saat DNA dari manusia yang telah punah dapat dipulihkan, ada atau absen-nya gen yang seharusnya berkaitan dengan bahasa -- FOXP2 sebagai contohnya -- mungkin dapat memberikan informasi lebih lanjut. [25] Pendekatan lainnya, kali ini secara arkeologis, adalah dengan membawa perilaku simbolis (seperti aktivitas ritual) yang mungkin berpotensial meninggalkan jejak secara arkeologis -- seperti pengumpulan dan modifikasi dari pigmen ochre yang digunakan untuk melukis badan -- dapat membangun argumentasi teoretis untuk memberikan kesimpulan dari simbolism secara umum kepada bahasa secara khusus. [26] [27] [28]
Rentang waktu bagi evolusi bahasa dan/atau prasyarat anatomis terjadu, paling tidak secara dasar, sejak perpisahan phylogenetic pada Homo (2,3 sampai 2,4 juta tahun lalu) dari Pan (5 sampai 6 juta tahun lalu) sampai munculnya perilaku modernitas sekitar 150.000 - 50.000 tahun lalu. Beberapa orang membantah bahwa Australopithecus kemungkinan tidak memiliki sistem komunikasi yang lebih canggih dari pada Kera Besar secara umum, [29] tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 200.000 tahun lampau.
Menggunakan metoda statistik untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui persebaran dan perbedaan pada bahasa modern saat sekarang, Johanna Nichols -- seorang ahli bahasa dari University of California, Berkeley -- beralasan bahwa bahasa vokal pastinya telah ada pada spesies kita paling tidak sekitar 100.000 tahun lalu. [30] Penemuan ini secara independen didukung oleh genetis, arkeologis, paleontologi dan banyak bukti lainnya menyarankan bahwa bahasa mungkin muncul di suatu tempat di sub-Sahara Afrika selama zaman batu pertengahan, kira-kira sejaman dengan perkembangan spesies Homo sapiens. [31]
Para linguis setuju sudah tidak ada lagi bahasa "primitif": semua populasi manusia modern berbicara bahasa yang hampir sama kompleks dan ekspresif kuatnya. [32] Namun, doktrin abad ke-20 mengenai bahasa yang digunakan di dunia adalah dan selalu identik dan tidak bervariasi dalam kompleksitas tidak lagi diterima: penelitian terbaru telah mengeksplorasi bagaimana kompleksitas linguistik bervariasi antara dan dalam suatu bahasa selama perjalanan sejarah. [33]

[sunting]Rentang waktu evolusiner



[sunting]Bahasa Primata
Bidang ahli primatologi dapat memberikan kita gambaran mengenai cara Kera Besar berkomunikasi di alam liar. [34] Penemuan utamanya yaitu primata non-manusia, termasuk kera besar, menghasilkan suara-suara yang bergradasi sebagai lawan dari terdiferensiasi berdasarkan kategori, dengan pendengar berusaha untuk mengevaluasi gradasi halus di bagian-bagian emosional dan keadaan tubuh si pen-sinyal. [35] Struktur anatomis dari laring kera tidak dapat membuat bermacam suara seperti yang manusia modern dapat lakukan. Dalam penangkaran, kera telah diajarkan dasar-dasar bahasa isyarat dan penggunaan lexigram -- simbol-simbol yang secara grafis tidak menggambarkan kata -- pada papanketik komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah belajar dan menggunakan ratusan lexigram.
Area Broca dan Area Wernicke pada otak primata bertanggung jawab untuk mengontrol otot dari muka, lidah, mulut, dan laring, dan juga untuk mengenali suara. Primata dikenal membuat "teriakan vokal"", dan teriakan ini dibuat oleh sirkuit dalam batang-otak dan sistem limbik. [36] Rupanya, pemindain modern pada otak pada simpanse yang sedang mengoceh membuktikan bahwa mereka menggunakan area Broca untuk mengoceh. [37] dan ada bukti bahwa monyet-monyet yang mendengar monyet lain berceloteh menggunakan wilayah otak yang sama seperti manusia mendengarkan pembicaraan. [38]
Di alam liar, komunikasi monyet vervet telah banyak dipelajari. [39] Mereka dikenal karena membuat sepuluh vokalisasi yang berbeda. Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota dari grup apabila predator mendekat. Mereka termasuk "teriakan leopard", "teriakan ular", dan "teriakan elang". Setiap teriakan mentriger strategi pertahanan yang berbeda pada monyet yang mendengar teriakan tersebut dan ilmuwan dapat memperoleh respon yang terprediksi dari monyet dengan menggunakan speaker dan suara rekaman. Vokalisasi yang lain digunakan untuk identifikasi. Jika bayi monyet berteriak, ibunya akan menoleh kepadanya, tapi ibu monyet vervet yang lain menoleh ke ibu monyet tersebut untuk melihat apa yang akan dilakukannya. [40]
Dengan cara yang sama, para peneliti telah memperlihatkan bahwa simpanse (dalam kurungan) menggunaan "kata" yang berbeda untuk menunjuk pada makanan yang berbeda. Mereka merekam vokalisasi yang dibuat oleh simpanse tersebut, sebagai contoh, untuk anggur, dan simpanse yang lain akan menunjuk ke gambar anggur bila dipedengarkan suara tersebut.
[sunting]Awal-Homo
Mengenai pengucapan, ada spekulasi yang patut dipertimbangkan mengenai kemampuan bahasa dari awal-Homo (2,5 sampai 0,8 juta tahun yang lalu). Secara anatomi, beberapa ahli percaya kemampuan bipedalism, yang berkembang dalam australopithecine sekitar 3,5 juta tahun lalu, telah membawa perubahan pada tengkorak, membuat sistem vokal lebih banyak berbentuk L-nya. Bentuk dari trak dan laring yang terletak dekat di bawah leher merupakan prasyarat penting bagi kebanyakan suara yang dihasilkan manusia, terutama sekali pada huruf hidup. Ilmuwan lain percaya bahwa, berdasarkan posisi laring, Neanderthal tidak memiliki anatomi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suara secara penuh yang dibuat oleh manusia modern. [41] [42] Tetap saja ada yang berpendapat bahwa rendahnya laring tidak mempengaruhi perkembangan kemampuan berbicara. [43]
Istilah proto-language, yang didefinisikan oleh linguis Derek Bickerton, adalah bentuk primitif dari komunikasi yang memiliki kekurangan:
sintaks yang lengkap
kata penunjuk waktu, aspek, kata kerja bantu, dll.
kosa kata kelas-tertutup (misalnya, non-leksikal)
Sebuah tingkat dalam evolusi bahasa berada diantara bahasa kera besar dan bahasa manusia modern yang telah lengkap. Bickerton (2009) menempatkan pertama munculnya proto-language dengan munculnya Homo awal, dan menghubungkan kemunculannya dengan tekanan adaptasi perilaku terhadap konstruksi niche dari scavenging yang dihadapi oleh Homo habilis. [44]
Fitur anatomis seperti vokal huruf L berevolusi terus-menerus, tidak muncul tiba-tiba. [45] Makanya lebih memungkinkan bila Homo habilis dan Homo erectus selama Lower Pleistocene memiliki semacam bentuk komunikasi sederhana antara manusia modern dan primata lainnya. [46]
[sunting]Homo sapiens kuno
Informasi lanjutan: Archaic Homo sapiens
Steven Mithen mengusulkan istilah Hmmmmm terhadap sistem komunikasi pra-linguistik digunakan oleh Homo kuno, dimulai oleh Homo ergaster dan mencapai tingkat tertinggi penggunaannya di masa Middle Pleistocene oleh Homo heidelbergensis dan Homo neanderthalensis. Hmmmmm adalah akronim untuk holistic (bukan-gabungan), manipulatif (ucapan merupakan perintah atau sugesti, bukan penjelasan), multi-modal (akustik sebagai gestur dan mimik), musical, dan memetic. [47]
[sunting]Homo heidelbergensis
Lihat pula: Homo heidelbergensis: Language
H. heidelbergensis adalah kerabat dekat (lebih karena turunan migrasi) dari Homo ergaster. H. ergaster dikatakan sebagai hominid pertama yang bersuara, [48] dan H. heidelbergensis mengembangkan kultur yang lebih rumit sejak dari titik tersebut dan mungkin mengembangkan bentuk bahasa simbolik pertama.
[sunting]Homo neanderthalensis
Lihat pula: Neanderthal behavior: Language
Penemuan Neanderthal hyoid bone di tahun 2007 menyatakan bahwa Neanderthal secara anatomis bisa saja menghasilkan suara seperti manusia modern. Hypoglossal nerve, yang dikirim lewat kanal, mengontrol pergerakan lidah dan ukurannya dikatakan mempengaruhi kemampuan berbicara. Hominid yang hidup lebih dari 300,000 tahun lalu memiliki kanal hypoglossal lebih mirip dengan simpanse daripada manusia. [49] [50] [51]
Walaupun Neanderthals memiliki anatomi yang memungkinkan untuk berbicara, Richard G. Klein tahun 2004 meragukan bahwa mereka memiliki bahasa seperti bahasa modern. Keraguan dia berdasarkan catatan fosil dari manusia kuno dan peralatan batunya. Sejak 2 juta tahun setelah munculnya Homo habilis, teknologi batu dari hominid berubah sangat sedikit. Klein, yang telah bekerja lama dengan alat-alat batu, menjelaskan alat batu yang kasar pada manusia kuno membuatnya tidak mungkin untuk dikelompokkan berdasarkan fungsinya, dan melaporkan bahwa Neanderthal tidak begitu peduli bagaimana bentuk akhir dari alat-alat mereka,. Klein berargumen bahwa otak Neanderthal belum mencapai tingkat kompleksitas untuk berbicara secara modern, walaupun komponen fisik untuk menghasilkan suara telah berkembang. [52] [53] Isu mengenai tingkat kultur dan teknologi dari Neanderthal masih menjadi salah satu kontroversi.
[sunting]Homo sapiens
Lihat pula: Anatomically modern humans dan Behavioral modernity
Anatomi manusia modern pertama muncul dalam catatan fosi 195.000 tahun yang lalu di Ethiopia. Tapi walau modern secara anatomis, bukti arkeologi yang ada meninggalkan hanya sedikit indikasi bahwa mereka berperilaku berbeda dengan Homo heidelbergensis. Mereka memiliki alat batu Acheulean yang sama dan berburu sedikit efisien dari manusia modern Late Pleistocene. [54] Transisi ke yang lebih canggih Mousterian terjadi sekitar 120,000 tahun lalu, dan ini terjadi pada masa H. sapiens dan H. neanderthalensis.
Perkembangan perilaku modern pada H. sapiens, yang tidak terjadi pada H. neanderthalensis atau variasi Homo lainnya, berkisar antara 70.000 sampai 50.000 tahun yang lalu.
Perkembangan alat yang lebih canggih, pertama kalinya terbentuk lebih dari satu materi (contoh: tulang atau tanduk) dan dapat dikelompokan dalam beberapa kategori dan fungsi (seperti ujung proyektil, alat ukir, pisau, dan alat penggerekan dan tusuk) dianggap sebagai bukti munculnya dan berkembangnya bahasa yang utuh, diasumsikan karena ia dibutuhkan untuk mengajarkan proses manufaktur kepada para turunannya. [52] [55]
Langkah terbesar[diragukan – diskusikan] dalam evolusi bahasa adalah progres dari primitif, komunikasi seperti pidgin ke komunikasi berbentuk creole dengan tatabahasa dan sintak seperti bahasa modern. [39]
Beberapa ahli percaya bahwa langkah ini hanya dapat terjadi karena perubahan biologis pada otak, seperti mutasi. Juga dikatakan bahwa gen seperti FOXP2 mungkin telah bermutasi membuat manusa dapat berkomunikasi.[diragukan – diskusikan] Namun, penelitian genetik terbaru memperlihatkan bahwa Neandertals berbagi FOXP2 dengan H. sapiens. [56] Oleh sebab itu ia tidak memiliki mutasi yang unik dengan H. sapiens. Malahan, ia mengindikasikan bahwa perubahan genetik mendahului Neandertal -- H. sapiens terpisah.
Masih banyak debat tentang apakah bahasa berkembang secara bertahap selama ribuan tahun atau muncul secara langsung.
Area Broca dan Wernicke pada otak primata juga muncul di otak manusia, area pertama yang ikut serta dalam banyak pekerjaan kognitif dan persepsi, yang berakhir pada kemampuan berbahasa. Sirkuit yang sama pada otak primata, sistem stem dan limbic, mengatur suara non-verbal pada manusia (tertawa, menangis, dll), yang menyatakan bahwa pusat bahasa manusia adalah modifikasi sirkuit neural yang umum pada semua primata. Modifikasi dan skil untuk komunikasi linguis ini tampak sangat unik pada manusia, yang menyiratkan bahwa organ bahasa yang diturunkan setelah garis keturunan manusia terpisah dari garis keturunan primata (simpanse dan bonobo). Secara jelas menyatakan, bahasa kata adalah modifikasi dari laring yang unik pada manusia. [36]
Menurut hipotesis Berasal Dari Afrika, sekitar 50.000 tahun lalu [57] sekelompok manusia meninggalkan Afrika dan berlanjut mendiami hampir sebagian dari bumi, termasuk Australia dan Amerika, yang mana belum pernah dihuni oleh hominid kuno. Beberapa ilmuwan [58] percaya bahwa Homo sapiens tidak meninggalkan Afrika sebelum itu, karena mereka belum memiliki kesadaran dan bahasa modern, dan makanya tidak memiliki kemampuan atau jumlah yang dibutuhkan untuk migrasi. Walaupun demikian, adanya fakta bahwa Homo erectus berhasil meninggalkan benua lebih awal (tanpa kemampuan yang luas dari bahasa, peralatan yang memadai, atau anatomi yang modern), alasan kenapa anatomi manusia modern masih berada di Afrika untuk waktu yang lama masih belum jelas.
[sunting]Hipotesis asal mula bahasa

[sunting]Spekulasi evolusionis awal
Saya tidak dapat meragukan bahwa asal usul bahasa meminjam pada imitasi dan modifikasi, dibantu oleh tanda-tanda dan gerakan, dari berbagai suara alam, suara binatang lainnya, dan seruan naluriah manusia itu sendiri.

— Charles Darwin, 1871. The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. [59]

Pada tahun 1861, ahli sejarah linguis Max Müller menerbitkan daftar spekulatif teori tentang asal mula bahasa: [60]
Bow-wow. Teori bow-wow atau cuckoo, yang Muller atribusikan kepada filsuf Jerman Johann Gottfried Herder, melihat kata-kata bermula sebagai imitasi dari teriakan hewan-hewan liar atau burung.
Pooh-pooh. Teori Pooh-Pooh melihat kata-kata pertama sebagai seru-seruan emosional dipicu oleh rasa sakit, senang, terkejut, dan lainnya.
Ding-dong. Müller menyarankan apa yang dia sebut dengan teori Ding-Dong, yang menyatakan bahwa semua mahluk memiliki sebuah getaran resonansi alami, digemakan oleh manusia dalam perkataan awalnya dengan suatu cara.
Yo-he-ho. Teoriyo-he-ho melihat bahasa muncul dari kegiatan kerja sama yang teratur, usaha untuk sinkronisasi otot menghasilkan suatu suara yang 'menghela' bergantian dengan suara seperti ho.
Ta-ta. Teori ini tidak ada dalam daftar Max Müller, tapi diajukan oleh Sir Richard Paget pada tahun 1930.
[61] Menurut teori ta-ta, manusia membuat perkataan pertama dengan menggerakan lidah yang meniru gerakan manual, membuatnya terdengar bersuara.
Banyak ilmuwan saat ini menganggap semua teori tersebut tidak begitu banyak yang salah -- adakalanya mereka menawarkan wawasan -- seperti lucu naif dan tidak relevan. [62] [63] Permasalahannya dengan teori tersebut yaitu mereka hampir mekanistik. Mereka mengasumsikan bahwa sekali leluhur kita tertumbuk dengan kejeniusan "mekanisme" untuk menghubungkan suara dengan makna, bahasa secara otomatis berkembang.
[sunting]Permasalahan reliabilitas dan kecurangan
Dari perspektif ilmu modern Darwin, rintangan utama dari evolusi komunikasi mirip-bahasa di alam yaitu fakta bahwa simbol-simbol -- konvensi sosial -- adalah tidak dapat diandalkan dan bisa saja salah. [64] Seperti bunyi peribahasa, 'Berbicara itu gampang'. [65] Permasalahan reliabilitas tidak dikenali oleh Darwin, Müller atau oleh ahli teori evolusi awal.
Sinyal vokal hewan pada umumnya secara intrinsik dapat diandalkan. Pada saat seekor kucing mendengkur, sinyal tersebut menandakan bukti langsung bahwa hewan berada pada keadaan senang. Kita dapat 'percaya' kepada sinyal tersebut bukan karena kucing itu jujur, tetapi karena suara itu tidak dapat dipalsukan. Seruan vokal primata bisa saja lebih sedikit dimanipulasi, tetapi mereka tetap dapat diandalkan karena susah untuk dipalsukan. [66] Intelijensi sosial primata disebut 'Machiavellian' -- melayani diri sendiri dan tidak dibatasi oleh moral. Monyet dan kera terkadang mencoba menipu satu sama lain, sementara pada saat bersamaan berjaga-jaga agar tidak menjadi korban dari penipuan itu sendiri. [67] Paradoksnya, justru resistensi dari primata terhadap penipuan menghambat evolusi sistem sinyal mereka bersama dengan perkataan yang mirip-bahasa. Bahasa ditolak karena cara terbaik untuk mencegah dari tertipu adalah dengan mengabaikan semua sinyal kecuali yang reliabilitasnya dapat diperiksa langsung. Perkataan secara otomatis gagal dalam tes ini. [68]
Kata-kata sangat mudah dipalsukan. Jika mereka seringkali berbentuk kebohongan, pendengar akan beradaptasi dengan mengabaikan mereka. Supaya bahasa dapat bekerja, pendengar haruslah yakin bahwa pembicara berbicara jujur secara umum. [69] Fitur aneh pada bahasa adalah 'referensi terlantar', yang berarti referensi terhadap topik diluar situasi yang sekarang dialami. Properti ini mencegah ucapan-ucapan menjadi suatu kebenaran 'di sini' dan 'sekarang' secara langsung. Bahasa, karena alasan tersebut, mengasumsikan tingkat kepercayaan yang tidak biasa. Teori dari asal mulanya harusnya menjelaskan kenapa manusia dapat mempercayai satu sama lain dengan suatu cara dimana binatang lain tidak bisa (lihat teori sinyal).
[sunting]Hipotesis 'bahasa ibu'
Hipotesis 'bahasa ibu' di ajukan pada tahun 2004 sebagai solusi yang mungkin dari masalah ini. [70] W. Tecumseh Fitch menyatakan bahwa prinsip Darwinian dari 'seleksi saudara' [71] -- ketertarikan konvergensi genetis antara kerabat -- bisa jadi bagian dari jawaban. Fitch menyarankan bahwa bahasa bermula dari 'bahasa ibu'. Jika bahasa berevolusi pada awalnya untuk komunikasi antara ibu dan turunan biologisnya sendiri, berkembang lebih lanjut mengikutkan kerabat dewasa juga, ketertarikan antara pembicara dan pendengar pastinya suatu kebetulan. Fitch beralasan bahwa ketertarikan genetis yang sama menyebabkan kepercayaan dan kerjasama yang cukup untuk sinyal yang secara intrinsik tidak dapat dipercaya -- perkataan -- supaya dapat diterima sebagai sesuatu yang terpercaya dan mulai berkembang untuk pertama kalinya.
Kritik terhadap teori ini menunjuk pada seleksi kerabat tidak hanya unik pada manusia. Ibu kera juga berbagi gen dengan turunannya, sebagaimana binatang lainnya, lalu kenapa hanya manusia yang berbicara? Lebih lanjut, sangat susah untuk percaya bahwa manusia awal membatasi komunikasi linguistik hanya pada saudara genetis: tabu mengenai inses pasti memaksa laki dan wanita berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang bukan saudara. Jadi, walaupun kita menerima premis pertama Fitch, penyebab dari hubungan 'bahasa ibu' dari kerabat kepada non-kerabat tetap tidak dapat dijelaskan.
[sunting]Hipotesis 'altruisme timbal balik wajib'
Ib Ulbaek [72] menyebutkan prinsip Darwinian lain -- 'altruisme timbal-balik' [73] -- untuk menjelaskan tingkat kejujuran tinggi yang diperlukan oleh bahasa untuk berkembang. 'Altruism timbal-balik' dapat diekspresikan sebagai prinsip yang jika kamu menggaruk belakang saya, saya akan menggaruk punyamu juga. Dalam istilah linguistik, ia dapat berarti jika kamu berkata jujur pada saya, saya akan jujur juga padamu. Altruism timbal-balik Darwin umumnya, Ulbrek menunjukkan, adalah sebuah hubungan yang terjalin antara interaksi individu-individu yang sering terjadi. Supaya bahasa menguasai seluruh komunitas, bagaimanapun juga, suatu pertukaran diperlukan secara paksa secara universal tidak hanya dibiarkan sebagai pilihan individu. Ulbek menyimpulkan bahwa supaya bahasa dapat berkembang, masyarakat awal secara keseluruhan pastinya subjek dari regulasi moral.
Kritik menunjukkan bahwa teori ini gagal menjelaskan kapan, bagaimana, kenapa atau oleh siapa 'altruisme timbal balik wajib' dapat mungkin ditegakkan. Berbagai proposal telah diajukan untuk memperbaiki kekurangan ini. [74] Kritikan lebih lanjut adalah bahwa bahasa tidak bekerja berdasarkan altruisme timbal-balik. Manusia dalam percakapan grup tidak menyimpan semua informasi kecuali pendengar mau memberikan informasi berharga sebagai balasan. Secara berlawanan, mereka tampak ingin menampilkan kepada dunia akses mereka terhadap informasi yang berhubungan secara sosial, menyebarkannya kepada siapa saja yang mau mendengarkan tanpa menginginkan kembalian. [75]
[sunting]Hipotesis gosip dan mengajar
Gosip, menurut Robin Dunbar, dilakukan kelompok manusia dimana mengajar berlaku pada primata lainnya -- ia membolehkan individu untuk melayani hubungan mereka dan menjaga persekutuan mereka dengan prinsip dasar, Jika kamu menggaruk belakang saya, saya akan menggaruk punyamu juga. Saat manusia mulai hidup di grup sosial yang semakin besar, pekerjaan mengajari semua teman dan kenalan menjadi memakan waktu dan terjangkau. Merespon permasalahan ini, manusia menciptakan 'pengajaran yang murah dan sangat efisien' -- pengajaran vokal Untuk menjaga teman bahagia, sekarang anda cukup 'mengajar' mereka dengan suara vokal yang berbiaya rendah, melayani sejumlah sekutu secara bersamaan yang secara bersamaan membuat kedua tangan bebas dari pekerjaan lainnya. Pengajaran vokal kemudian berkembang secara bertahap menjadi bahasa percakapan -- awalnya dalam bentuk 'gosip'. [76]
Kritik terhadap teori ini menunjuk pada efisiensi dari 'pengajaran vokal' -- fakta bahwa bicara itu gampang -- akan merusak kapasitasnya untuk mensinyalkan sejenis komitmen yang disampaikan dengan pengajaran manual yang berbiaya dan memakan waktu. [77] Kritikan lebih lanjut adalah bahwa teori ini tidak menjelaskan transisi krusial dari pengajaran vokal -- produksi suara yang menenangkan tapi tidak berarti -- ke kompleksitas kognitif dari berbicara secara sintaks.
[sunting]Koevolusi ritual/bicara
Teori koevolusi ritual/bicara awalnya diajukan oleh antropolog sosial terkenal Roy Rappaport [78] sebelum dielaborasi oleh antropolog seperti Chris Knight, [79] Jerome Lewis, [80] Nick Enfield, [81] Camilla Power [82] dan Ian Watts. [83] Ilmuwan kognitif dan insiyur robotik Luc Steels [84] adalah pendukung penting dari pendekatan ini, seperti juga antropologis/neurosains biologis Terrence Deacon. [85]
Ilmuwan tersebut beralasan bahwa tidak ada yang namanya 'teori asal mula bahasa'. Hal ini dikarenakan bahasa bukanlah sebuah adaptasi terpisah tapi sebuah aspek internal yang lebih luas -- dinamakan, kultur simbolis manusia secara keseluruhan. [86] Mencoba menjelaskan bahasa secara independen dalam konteks yang luas ini secara spektakuler gagal, para ilmuwan tersebut mengatakan, karena mereka menangani masalah tanpa solusi. Bisakah kita membayangkan seorang ahli sejarah mencoba menjelaskan munculnya kartu kredit secara tersendiri dalam sistem yang luas dimana ia adalah sebuah bagian? Menggunakan kartu kredit masuk akal jika anda memiliki rekening bank secara institusi dikenal dalam suatu jenis masyarakat kapitalis maju -- suatu sistem dimana teknologi komunikasi elektronik dan komputer digital telah ditemukan dan penggelapan dan dideteksi dan dicegah. Dalam hal yang sama, bahasa tidak akan bekerja diluar susunan institusi dan mekanisme sosial. Sebagai contohnya, ia tidak akan bekerja bagi seekor kera yang berkomunikasi dengan kera lain di dunia liar. Bahkan tidak untuk kera tercerdas pun dapat membuat bahasa bekerja di bawah kondisi tersebut.
Kebohongan dan jenis-jenisnya, diturunkan dalam bahasa ... memberikan permasalahan terhadap masyarakat yang stukturnya dibangun oleh bahasa, yang dinamakan semua masyarakat manusia. Oleh karena itu saya beralasan bahwa jika semua kata itu ada maka diperlukan membentuk Firman, dan Firman dibentuk oleh persamaan liturgi.

— Roy Rappaport, 1979. Ecology, Meaning and Religion, pp. 210-11. [87]



Pendukung kajian ini merujuk bahwa berbicara itu gampang. Seperti halusinasi digital, mereka secara intrinsik tidak dapat diandalkan. Jika kera sangat pandai, atau bahkan satu kelompok kera pandai, mencoba untuk menggunakan kata-kata di alam liar, mereka tidak akan membawa suatu kepastian. Vokalisasi primata yang mana membawa keyakinan -- yaitu yang benar-benar digunakan -- adalah tidak mirip dengan perkataan, dimana mereka diekspresikan secara emosional, bermakna secara intrinsik dan dapat dipercaya karena mereka relatif mahal dan sulit dipalsukan.
Bahasa terdiri dari kontras digital yang biayanya secara esensial nol. Sebagai konvensi sosial murni, sinyal jenis ini tidak dapat berkembang dalam dunia sosial Darwinian -- mereka adalah sebuah ketidakmungkinan secara teoritis. [88]
Karena tidak dapat dipercaya secara intrinsik, bahasa bekerja hanya jika anda dapat membuat suatu reputasi sebagai kepercayaan dalam suatu bentuk masyarakat -- disebut, salah satu dimana fakta simbolis (terkadang disebut dengan 'fakta institusional') dapat dibangun dan dijaga lewat dukungan kolektif sosial. [89] Dalam masyarakat pemburu-pengumpul, mekanisme dasar untuk membangun kepercayaan dalam fakta kultural simbolis adalah ritual bersama. [90] Oleh karena itu, pekerjaan yang dihadapi para peneliti dalam asal mula bahasa adalah lebih ke multidisiplin daripada biasanya. Ia berhubungan dengan melihat perkembangan timbulnya kultur simbolis manusia secara keseluruhan, dengan bahasa sebagai salah satu yang utama tapi komponen tambahan.
Kritik mengenai teori ini dari Noam Chapter, yang menamainya dengan hipotesis 'ketak-adaan' -- sebuah penolakan dari keberadaan bahasa sebagi suatu objek kajian bagi ilmu alam. [91] Teori Chomsky sendiri adalah bahasa bahasa muncul secara instan dan dalam bentuk sempurna, [92] mendorong kritiknya sebagai jawaban bahwa hanya sesuatu yang tidak ada - sebuah konstruksi teoritis atau fiksi sosial yang mudah - yang dapat muncul secara ajaib. [93] Kontroversi masih tetap belum terselesaikan.

[sunting]Teori Gestur
Teori gestur (isyarat) menyatakan bahwa bahasa manusia berkembang dari gestur yang digunakan sebagai komunikasi sederhana.
Dua tipe bukti mendukung teori ini.
Bahasa gestur dan bahasa lisan bergantung pada sistem neural yang sama. Bagian pada cortex yang bertanggung jawab terhadap pergerakan mulut dan tangan.
Primata selain manusia menggunakan gestur atau simbol setidaknya untuk komunikasi primitif, dan beberapa dari gestur tersebut mirip dengan yang digunakan pada manusia, seperti "gestur meminta", dengan tangan direntangkan, dimana manusia memiliki kesamaan dengan simpanse.
[94]
Penelitian telah menemukan bukti kuat untuk ide bahwa bahasa lisan dan bahasa isyarat bergantung pada struktul neural yang sama. Pasien yang menggunakan bahasa isyarat, dan yang menderita left-hemisphere lesion, memperlihatkan disorder yang sama dengan bahasa isyarat sebagaimana pasien vokal dengan bahasa suaranya. [95] Peneliti lain menemukan bagian left-hemisphere otak yang aktif saat melakukan bahasa isyarat sama dengan saat menggunakan bahasa vokal atau tulisan. [96]
Pertanyaan penting untuk teori gestur yaitu kenapa terjadi peralihan ke penggunaan vokalisasi. Terdapat tiga penjelasan yang memungkinkan:
Nenek moyang kita mulai menggunakan alat yang lebih banyak, artinya kedua tangan mereka sedang digunakan dan tidak dapat digunakan untuk melakukan gestur. [97]
Penggunaan gestur membutuhkan dua invidu yang berkomunikasi dapat melihat satu sama lain. Pada banyak situasi, mereka butuh berkomunikasi, bahkan tanpa kontak visual -- misalnya saat malam hari atau saat dedaunan menghalangi pemandangan.
Hipotesis gabungan memegang bahwa bahasa awal menggunakan bagian gestur dan bagian vokal mimemis (meniru 'lagu-dan-tarian'), menggabungkan modalitas karena semua sinyal (seperti para kera dan monyet) masih diperlukan untuk secara intrinsik meyakinkan. Oleh sebab itu, setiap penglihatan multi-media diperlukan tidak hanya untuk membingungkan arti sebenarnya tapi juga untuk menginspirasi kepercayaan dalam realibilitas sinyal. Hal ini menyarankan bahwa hanya saat pemahaman komunitas datang menjadi kekuatan maka secara otomatis diasumsikan kepercayaan dalam upaya komunikatif, paling tidak membolehkan Homo sapiens berpindah ke ultra-efisien, cepat - digital kebalikan dari analog - format standar. Karena fitur perbedaan vokal (kontras suara) cocok untuk tujuan ini, maka hanya pada titik tersebut - saat bahasa tubuh yang secara intrinsik persuasif tidak lagi dibutuhkan untuk menyampaikan setiap pesan - bahwa pemilihan perpindahan dari manual gestur ke bahasa ucapan terjadi.
[98] [99]
Manusia masih menggunakan tangan dan gestur wajah saat berbicara, terutama saat seseorang bertemu dengan orang lain yang berbeda bahasa. [100] Dan ada juga, sudah pasti, sejumlah bahasa isyarat yang masih eksis, biasanya berkaitan dengan komunitas tuli; penting juga diketahui bahwa bahasa isyarat memiliki kompleksitas, kecanggihan, dan kekuatan ekspresif yang sama dengan bahasa suara yang ada -- fungsi kognitifnya sama dan bagian otak yang digunakan juga sama -- perbedaannya adalah "fonem" diproduksi oleh tubuh bagian luar, diartikulasikan dengan tangan, badan, dan ekspresi muka, bukan dengan bagian dalam tubuh yang diartikulasikan dengan lidah, gigi, bibir, dan pernafasan.
Kritik terhadap teori gestural menyatakan bahwa sangat sulit untuk menyebutkan alasan serius mengapa komunikasi vokal berbasis-nada (yang digunakan pada primata) ditinggalkan demi komunikasi yang kurang efektif selain suara, komunikasi gestur. Tantangan lain untuk teori gestur-lebih-dahulu telah dikemukakan oleh peneliti dalan psycholinguistics, termasuk David McNeill.

[sunting]Teori Kera yang dijinakkan
Menurut penelitian yang menginvestigasi perbedaan suara antara white-rumped Munia dengan bandingannya yang dikandangkan (Bengalese finch), munia liar menggunakan urutan suara tinggi yang khas, dimana yang dipelihara mengeluarkan suara tinggi yang terpaksa. Pada finch liar, sintaks dari suara adalah supaya disukai oleh betina - seleksi seksual - dan secara relatif tidak berubah. Namun, pada Bengalese finch, seleksi alam digantikan oleh proses keturunan, dalam kasus ini untuk corak warna pada bulu. Karena berkurangnya dari tekanan selektif, sintaks suara yang khas dibiarkan menghilang. Ia digantikan, selama 1000 generasi, oleh sebuah variabel and tahap-tahap pembelajaran. Finch liar, lebih lanjut, tidak mampu mempelajari urutan suara dari finch lainnya. [101] Dalam bidang vokalisasi burung, bagian otak yang menghasilkan hanya suara bawaan lahir memiliki jalur neural yang sederhana: pusat forebrain motor utama, dikenal dengan robust nucleus dari arcopallium (RA), terhubung ke bagian tengah penghasil vokal, yang memproyeksikan ke brainstem motor nuclei. Secara berlawanan, bagian otak yang mampu mempelajari suara, RA menerima input dari sejumlah bagian forebrain, termasuk dari bagian yang terlibat dalam belajar dan sosial. Kontrol dalam menghasilkan suara menjadi kurang terbatas, lebih tersebar, dan lebih fleksibel.
Bila dibandingkan dengan primata lain, yang sistem komunikasinya terbatas pada stereotip suara teriak dan teriakan yang tinggi, manusia memiliki sangat sedikit vokalisasi bawaan lahir, sebagai contoh tertawa dan menangis. Lebih lanjut, vokalisasi bawaan lahir ini dihasilkan oleh jalur neuronal yang terbatas, dimana bahasa dihasilkan oleh sistem yang sangat tersebar mengikutkan sejumlah region pada otak manusia.
Fitur bahasa yang menonjol adalah bila kemampuan berbahasa diturunkan, bahasa itu sendiri ditransmisi lewat kultur. Yang ditransmisi lewat kultur juga pemahaman, seperti teknologi dalam cara-cara melakukan sesuatu, yang dibungkus dalam penjelasan berbasis bahasa. Karenanya seseorang akan mendapatkan lintasan evolusi yang kuat antara kemampuan bahasa dan kultur: proto-manusia yang mampu meggunakan bahasa pertama, dan diasumsikan belum sempurna, akan memiliki akses pemahaman kultural yang lebih baik, dan pemahaman kultural, disampaikan dalam proto-bahasa yang dapat dipahami oleh otak anak-anak, akan lebih mudah ditrasmisikan, sehingga memberikan manfaat yang dapat diperoleh.
Karena itu proto-human masih melaksanakan, dan terus melaksanakan, yang disebut dengan konstruksi niche, membuat niche kultural yang menyediakan kunci pehamanan terhadap kelangsungan hidup, dan perubahan evolusionari berkelanjutan yang mengoptimasi kemampuannya untuk menghiasi niche tersebut. Tekanan seleksi yang beroperasi untuk menopang insting yang dibutuhkan untuk bertahan hidup pada niche sebelumnya akan diharapkan mengendur karena manusia menjadi bergantung kepada niche kultural yang dibuat sendiri, selama inovasi-inovasi yang memfasilitasi adaptasi kultural -- dalam kasus ini, inovasi dalam kompetensi bahasa -- akan lebih berkembang.
Salah satu cara untuk memikirkan tentang evolusi manusia adalah kita ini seperti kera yang dijinakkan. Seperti halnya penjinakkan mengendurkan seleksi untuk stereotip suara pada burung finch -- pilihan pasangan digantikan dengan pilihan yang dibuat oleh kepekaan estetis dari peternak burung dan kustomernya -- bisa saja domestikasi dari kultural kita telah mengendurkan seleksi dalam banyak hal dari sifat perilaku primata kita, menyebabkan jalur lama menjadi merosot dan terbentuk ulang. Mempertimbangkan bahwa otak mamalia berkembang secara tidak pasti -- otak berkembang secara "bottom up", dengan satu kelompok interaksi neuronal mempersiapkan langkah untuk interaksi selanjutnya -- jalur degradasi lebih condong untuk mencari dan menemukan kesempatan baru untuk terhubung sinaptis. Perbedaan turunan dari jalur otak seperti itu bisa saja berkontribusi pada kompleksitas fungsi yang mengkarakterisasikan bahasa manusia. Dan, seperti yang terjadi pada burung finch, de-diferensiasi tersebut dapat terjadi dalam waktu yang cepat. [102] [103]

[sunting]Komunikasi, bicara dan bahasa

Lihat pula: Animal communication dan Animal language
Banyak ilmuwan membedakan antara bicara dan bahasa. Mereka percaya bahwa bahasa (sebagai sebuah konteks untuk berkomunikasi, dan secara umum sebagai kemampuan kognitif untuk membentuk konsep dan berkomunikasi dengannya) berkembang lebih awal dalam evolusi manusia, dan bicara (salah satu bentuk komunikasi) telah berkembang jauh lebih awal. Munculnya kemampuan berbicara (tanpa bahasa) juga memungkinkan pada beberapa kasus keterlambatan mental pada manusia atau cacat pembelajaran (seperti Specific Language Impairment) dan juga diketahui ada pada dunia binatang. Misalnya, burung yang berbicara mampu meniru pembicaraan manusia dengan berbagai macam kemampuan. Namun, kemampuan meniru suara manusia ini sangat berbeda dengan kemampuan memahami sintaks. Begitu pula, produksi dari suara pada saat berbicara tidak memerlukan penggunaan bahasa, yang dibuktikan oleh bahasa isyarat modern, yang menggunakan simbol manual dan gramatika wajah sebagai dasar dari bahasa daripada berbicara. Sistem kode morse, dan sistem semafor bendera adalah bentuk lainnya dari berkomunikasi, tapi tanpa menggunakan bahasa.
Perbedaan antara komunikasi dan bahasa juga penting. Misalnya, sistem komunikatif dari monyet vervet telah dipelajari secara ekstensif. Mereka diketahui membuat sepuluh vokalisasi yang berbeda. Banyak darinya digunakan untuk memperingati anggota dari grup apabila predator mendekat. Mereka termasuk "teriakan leopard", "teriakan ular", dan "teriakan elang". Setiap teriakan mentriger strategi pertahanan yang berbeda. Namun, komunikasi ini digunakan untuk respon langsung dari stimulus di lingkungan, dan bukan hasil dari referensi tingkat-tinggi. Kera dalam kurungan menunjukan kemampuan yang sama, setelah diajari sinyal-sinyal dasar dari American Sign Language (tapi bukan sintak dan bahasa dari ASL) dan penggunaan lexigram -- simbol yang secara grafis tidak berhubungan dengan kata-kata -- dan keybord komputer. Beberapa kera, seperti Kanzi, telah mampu belajar dan menggunakan lexigram. Namun, walaupun kera ini dapat mempelajari dasar-dasar sintak dan sistem referensial, komunikasi mereka tidak memiliki kompleksitas seperti bahasa lengkap.
Telah diklaim bahwa fitur kunci yang membedakan bahasa manusia dari sistem komunikasi non-manusia adalah rekursi. [104] Pengartian linguistik dari istilah rekursi melibatkan pemasukan (atau menanamkan) frasa dalam frasa yang ditunjukan oleh kalimat kompleks berikut (Lelaki dengan tutup-mata tua berkulit keras yang ia gunakan sejak PD II) berjalan menuju (toko yang terbakar habis sebelum pamannya mampu membayar uang muka), atau kalimat yang kurang informasi seperti berikut Lelaki tersebut berjalan menuju ke toko yang mana lelaki berjalan menuju ke toko itu berjalan menjauh. Klaim ini masih dipegang oleh banyak peneliti, tetapi beberapa bukti telah ditujukan untuk mempertanyakannya. Percobaan di Universitas Chicago menemukan bahwa burung jajak (Sturnus vulgaris) dapat menggunakan tatabahasa dengan rekursi. [105]
Para peneliti melatih burung gagak tatabahasa yang bebas-konteks, pusat-tertanam. Mereka melaporkan bahwa burung gagak mampu mengenali ucapan yang secara tatabahasa diterima dan menolak yang tidak. Lebih lanjut Daniel Everett mengklaim bahwa bahasa Piraha adalah bahasa manusia yang tidak menunjukkan penggunaan rekursi. [106]
Juga telah disarankan bahwa fitur kunci dari bahasa manusia adalah kemampuan untuk bertanya. [107] Beberapa binatang (terutama bonobo dan simpanse), yang belajar berkomunikasi lewat pelatih manusianya (umumnya menggunakan bentuk visual dari komunikasi), memperlihatkan bahwa mereka memiliki kemampuan secara benar merespon terhadap masalah dan permintaan yang kompleks, tetapi gagal untuk menanyakan sebuah pertanyaan yang sederhana. Sebaliknya, anak manusia mampu menanyakan pertanyaannya untuk pertama kali (hanya menggunakan intonasi pertanyaan) dalam periode mengoceh dari perkembangan mereka, jauh sebelum mereka dapat menggunakan sintak yang terstruktur. Adalah sangat penting diketahui bahwa bayi dari kultur yang berbeda menyerap bahasa natifnya dari lingkungan, semau bahasa di dunia tanpa kecuali -- tonal, non-tonal, intonasi dan aksen -- menggunakan "intonasi tanya" yang sama untuk pertanyaan ya-tidak. [108] [109] Fakta ini adalah bukti kuat dari keuniversalan dari intonasi tanya.

[sunting]Perkembangan kognitif dan bahasa

Salah satu kemampuan yang menarik yang dimiliki oleh pengguna bahasa adalah referensi tingkat-tinggi, atau kemampuan untuk menunjuk ke benda atau keadaan sesuatu yang tidak terjadi secara langsung bagi pembicara. Kemampuan ini terkadang berhubungan kepada teori dari pikiran, atau sebuah kepedulian dari orang lain sebagai mahluk hidup seperti dirinya dengan hasrat dan perhatian sendiri. Menurut Chomsky, Hauser dan Fitch (2002), ada enam aspek dari sistem referensi tingkat-tinggi:
Theory of mind
Kapasitas untuk mendapatkan representasi konseptual non-linguis, seperti perbedaan pada objek/sifat
Mengenali signal vokal
Imitasi sebagai sistem yang rasional, bertujuan, sengaja.
Secara sukarela mengatur produksi sinyal sebagai bukti dari komunikasi yang sengaja
Kognisi angka
[sunting]Teori dari pikiran (Theory of Mind)
Simon Baron-Cohen (1999) berargumen bahwa teori dari pikiran pasti mendahului penggunaan bahasa, berdasarkan bukti dari karakteristik penggunaan berikut pada 40.000 tahun yang lalu: komunikasi, perbaikan komunikasi yang gagal, mengajar, persuasi, penipuan yang disengaja, membangun ps yang berbagi dan bertujuan, membagi fokus atau topik secara sengaja, dan berpura-pura. Lebih lanjut, Baron-Cohen berargumen bahwa banyak primata memiliki kemampuan ini, tetapi tidak semuanya. Penelitian Call dan Tomasello terhadap simpanse mendukung argumen ini, dimana seekor simpanse tampak memahami bahwa simpanse lain memiliki kepedulian, pengetahuan, dan tujuan, tetapi tidak memahami penipuan. Banyak primata memperlihatkan kecondongan ke teori dari pikiran, tetapi tidak sepenuhnya sama dengan yang dimiliki manusia. Secara keseluruhan, ada sejumlah konsensus bahwa teori dari pikiran diperlukan untuk menggunakan bahasa. Maka, perkembangan dari teori dari pikiran pada manusia diperlukan sebagai pemulai dari bahasa.
[sunting]Pengenalan pada Angka
Dalam satu penelitian, tikus dan merpati dibutuhkan untuk menekan tombol beberapa kali untuk mendapatkan makanan: binatang memperlihatkan akurasi perbedaan untuk angka yang kecil dari empat, tapi setelah angka dinaikkan, tingkat error meningkat (Chomsky, Hauser & Fitch, 2002). Matsuzawa (1985) mencoba mengajari angka arab. Perbedaan antara primata dan manusia dalam hal ini sangatlah besar, dimana simpanse membutuhkan ribuan percobaan untuk mempelajarai angka 1-9 dimana setiap angka membutuhkan waktu pelatihan yang hampir sama; dan, setelah mempelajari makna dari 1, 2 dan 3 (dan terkadang 4), anak-anak dengan mudah memahami nilai integer tertinggi dengan menggunakan fungsi turunan (misalnya, 2 lebih besar dari 1, 3 adalah 1 angkat lebih besar dari 2, 4 lebih besar 1 angka daripada 3; setelah mencapai angka 4 tampaknya hampir semua anak memiliki "a-ha!" momen dan memahami nilai semua integer n adalah lebih besar 1 dari angka sebelumnya). Secara sederhana, primata lain belajar arti dari angka satu persatu dengan menggunakan pendekatan yang sama dengan mengacu pada simbol sementara anak-anak pertama cukup mempelajari daftar dari simbol (1,2,3,4...) dan kemudian nantinya mereka akan mempelajari arti sebenarnya. [110] Hasil ini dapat dilihat sebagai bukti dari aplikasi dari "open-ended generative property" dari bahasa dalam pengenalan angka pada manusia. [111]

[sunting]Struktur Linguistik

[sunting]Tatabahasa universal
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Universal grammar
Sejak anak-anak bertanggung jawab secara besar terhadap creolisasi dari pidgin, ilmuwan seperti Derek Bickerton dan Noam Chomsky berkesimpulan bahwa manusia lahir dengan tatabahasa universal yang terhubung ke otaknya. Tatabahasa universal ini terdiri dari bermacam model tata-bahasa yang mengikutkan semua sistem gramatikal dari bahasa-bahasa di dunia. Pengaturan standar dari tatabahasa universal ini direpresentasikan oleh kesamaan yang ada pada bahasa creole. Pengaturan standar ini tertimpa selama proses penerimaan bahasa oleh anak-anak supaya sama dengan bahasa lokal. Saat anak belajar bahasa, mereka lebih mudah belajar fitur yang mirip dengan creole daripada fitur yang bertentangan dengan tatabahasa creole. [39]
Terbitan yang sering dikutip sebagai pendukung dari teori tatabahasa universal ini adalah perkembangan Bahasa isyarat Nikaragua. Berawal sejak 1979, pemerintahan yang baru terbentuk di Nikaragua memulai usaha pertamanya untuk mengajarkan anak-anak tuli secara luas. Sebelum ini tidak ada komunitas tulis di negara tersebut. Pusat untuk pendidikan khusus ini awalnya dihadiri oleh 50 anak-anak tuli. Tahun 1983 memiliki 400 murid. Pusat tidak memiliki akses untuk fasilitas pembelajaran untuk bahasa isyarat seperti yang digunakan oleh bagian dunia lain; karenanya, anak-anak tersebut tidak diajarkan bahasa isyarat apapun. Program bahasa lebih memberatkan bahasa Spanyol dan baca-bibir, dan penggunaan isyarat oleh pengajar terbatas pada eja-jari (menggunakan isyarat sederhana untuk menandakan alfabet). Program ini menghasilkan sedikit sukses, dimana hampir semua murid gagal menangkap konsep dari kata-kata Spanyol.
Anak pertama yang datang ke pusat pelatihan datang hanya dengan beberapa isyarat gestur yang sederhana yang terbentuk dalam keluarganya. Walaupun begitu, saat anak-anak tersebut ditempatkan dalam satu ruangan yang sama untuk pertama kalinya mereka mulai membuat bahasa isyaratnya sendiri. Semakin banyaknya anak-anak muda yang bergabung, bahasa semakin kompleks. Pengajar, yang kurang sukses dalam berkomunikasi dengan muridnya, melihat dengan terkagum-kagum saat anak-anak mulai berkomunikasi diantara mereka sendiri.
Kemudian pemerintah Nikaragua meminta bantuan kepada Judy Kegl, ahli dalam bahasa isyarat Amerika di Northeastern University. Saat Kegl dan peneliti lain mulai menganalisa bahasa tersebut, mereka melihat bahwa anak yang paling muda telah menggunakan bentuk seperti-pidgin terhadap anak yang lebih tua untuk kompleksitas yang lebih tinggi, dengan persetujuan kata kerja dan aturan lain tatabahasa (tetapi tanpa rekursi). [112]
[sunting]Prinsip Lexical-phonological
Hocket (1966) memberikan daftar rincian fitur yang penting untuk menjelaskan bahasa manusia. Dalam wilayah prinsip lexical-phonological, dua fitur dari daftar tersebut yang sangat utama:
Produktifitas: pengguna dapat membuat dan memahami pesan yang sangat asing.
Pesan baru secara bebas diciptakan oleh pencampuran, menganalisa dari, atau merubah yang lama.
Tidak ada elemen baru atau lama yang secara bebas menjadi semantik baru karena lingkungan dan konteks. Hal ini mengatakan bahwa di setiap bahasa, idiom baru secara konstan tercipta.
Dualitas (dalam pola): sejumlah elemen yang memiliki arti adalah hasil ciptaan dari sejumlah kecil elemen yang kurang berarti secara tersendiri dan berbeda-arti.
Sistem suara dari bahasa terbentuk dari sejumlah item-item fonologi sederhana. Dengan aturan tertentu phonotactic dari suatu bahasa, item-item tersebut dapat digabung ulang dan disatukan, melahirkan morfologi dan kosa kata terbuka. Fitur kunci dari bahasa adalah sebuah, sejumlah item-item fonologi yang terbatas melahirkan sistem kosa kata yang tidak terbatas dimana aturan-aturan menentukan bentuk dari setiap item, dan artinya terkait dengan bentuknya. Sintak fonologi adalah kombinasi sederhana dari unit fonologi yang sudah ada. Terkait dengan hal tersebut adalah fitur utama lain dari bahasa manusia: sintak leksikal (kosa kata), dimana unit yang sudah ada digabungkan, menghasilkan item baru secara semantik (arti) atau berbeda secara kosa kata.
Beberapa elemen dari prinsip lexical-phonological diketahui ada diluar manusia. Bila semua (atau hampir kesemua) telah didokumentasikan dalam suatu bentuk dalam dunia alami, hanya sedikit yang ada dalam satu spesies yang sama. Nyanyian burung, kera, dan suara paus semuanya memperlihatkan sintak fonologi, gabungan unit suara menjadi struktur besar tanpa meningkatkan atau memberi arti baru. Beberapa spesies primata memiliki sistem fonologi sederhana dengan unit-unit menunjuk pada beberapa entiti di dunia. Namun, perbedaannya dengan sistem manusia, unit-unit pada sistem primata tersebut biasanya terjadi dalam isolasi, mengkhianati tidak adanya sintak lexical. Ada sebuah bukti baru yang menyatakan bahwa monyet Campbell juga memperlihatkan sintak leksikal, menggabungkan dua teriakan (teriakan peringatan adanya predator dengan "boom", sebuah gabungan yang menyatakan berkurangnya bahaya), namun masih belum jelas apakah itu adalah leksikal atau fenomena morfologi.
[sunting]Pidgin dan creole
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Creole language dan pidgin
Pidgin adalah bahasa yang secara signifikan disederhanakan dengan hanya tatabahasa yang belum sempurna dan kosa kata yang terbatas. Pada masa awal perkembangannya pidgin hanya terdiri dari kata benda, kata kerja, dan kata keterangan dengan sedikit atau tanpa pasal, kata depan, kata penghubung atau kata bantu kerja. Tata bahasanya tidak memiliki urutan kata dan kata-katanya tidak ada nada suara. [39]
Jika komunikasi terjadi antara kelompok yang menggunakan pidgin untuk waktu yang lama, pidgin akan menjadi komplek dalam beberapa generasi. Jika anak dalam satu generasi menggunakan pidgin sebagai bahasa natif maka ia akan berkembang menjadi bahasa creole, yang makin teratur dan menggunakan tatabahasa yang lebih rumit, dengan fonologi yang teratur, sintak, morfologi, dan penggunaan sintaktis. Sintak dan morfologi dari bahasa itu bisa saja memiliki inovasi lokal sendiri yang tidak diturunkan dari bahasa orang tuanya.
Penelitian terhadap bahasa creole diseluruh dunia telah menjelaskan bahwa mereka memiliki kesamaan yang luar biasa dalam tatabahasa dan berkembang secara seragam dari pidgin dalam satu generasi. Kesamaan ini jelas kelihatan walaupun creole tidak memiliki sumber yang sama. Sebagai tambahan, creole memilki kesamaan walaupun terbentuk dalam isolasi yang berbeda satu dengan yang lain. Kesamaan sintak termasuk urutan kata dalam Subjek-KataKerja-Objek (SKO). Bahkan bila creole berasal dari bahasa dengan urutan kata yang berbeda mereka sering berkembang menjadi urutan SKO. Creole condong memiliki kesamaan penggunan pola untuk klausa yang pasti dan tak pasi, dan memiliki aturan perubahan untuk struktur kalimat walaupun bahasa asalnya tidak ada. [39]

[sunting]Skenario Biologis pada evolusi bahasa

Informasi lanjutan: Evolutionary linguistics
Semua manusia memiliki bahasa. Ini termasuk populasi, seperti Tasmanian dan Andamanese, yang telah terisolasi dari benua Old World selama 40.000 tahun lebih.
Linguistik monogenesis adalah hipotesis bahwa ada sebuah proto-bahasa, terkadang disebut dengan proto-manusia, dimana semua vokal pada bahasa yang diucapkan oleh manusia diturunkan. (Hal ini tidak berlaku pada bahasa isyarat, yang diketahui muncul secara tersendiri.)
Berdasarkan hipotesis Out of Africa, semua manusia yang hidup sekarang adalah turunan dari Mitochondrial Eve, dari seorang wanita yang hidup di Afrika sekitar 150.000 tahun lalu. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa bahasa Proto-Manusia ada berkisar pada periode yang sama. [113] Juga ada klaim bahwa kemacetan populasi, dikarenakan teori bencana Toba, yang berdalil bahwa populasi manusia pada suatu waktu sekitar 70.000 tahun lalu berjumlah dibawah 15.000 atau bahkan 2.000 orang. [114] Bila hal tersebut benar-benar terjadi, kemacetan tersebut merupakan kandidat yang bagus untuk penanggalan Proto-Manusia, yang juga menggambarkan fakta bahwa Proto-Manusia tidak diperlukan untuk munculnya bahasa pertama.
Hipotesis multiregional mengharuskan bahwa bahasa modern berkembang secara tersendiri di semua benua, sebuah dalil yang dianggap masuk akal oleh pendukung monogenesis. [115] [116]

[sunting]Fondasi Biologis dari bahasa manusia

Descended laring dikenal sebagai struktur unik pada sistem vokal manusia dan penting sekali dalam perkembangan bicara dan bahasa. Namun, ia juga telah ditemukan di spesies lainnya, termasuk mamalia laut dan rusa besar (contohnya:Red Deer), dan laring diobservasi telah diwarisi selama vokalisasi pada anjing, kambing, dan buaya. Pada manusia, descended laring menyebabkan panjangnya sistem vokal dan mengembangkan jenis-jenis suara manusia yang dapat dikeluarkan. Beberapa ilmuwan mengklaim bahwa adanya komunikasi non-verbal pada manusia sebagai bukti dari descended laring bukan bagian esensial terhadap perkembangan bahasa.
Descended laring memiliki fungsi selain linguistik juga, mungkin terlalu membesar-besarkan ukuran yang terlihat pada binatang (lewat vokalisasi yang rendah dari nada yang diharapkan). Karenanya, walaupun memainkan peranan penting dalam menghasilkan suara, memperluas keberagaman suara yang dapat dihasilkan manusia, ia mungkin tidak berkembang secara khusus untuk tujuan tersebut, seperti yang disarankan oleh Jeffrey Laitman, dan oleh Hauser, Chomsky, dan Fitch (2002), bisa saja merupakan contoh dari praadaptasi.
Kemampuan mengkontrol lidah manusia juga harus diperhitungkan. Sebagai akibat dari meningkatnya intelegensi, otak manusia dapat mengkontrol organ dan sekelilingnya secara lebih tepat. Oleh karena itu, lidah lebih kreatif dalam meliukkan, menggabungkan, menghentikan dan mengeluarkan getar suara yang dihasilkan oleh laring.

[sunting]Sejarah

[sunting]Dalam agama dan mitologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mitos asal mula bahasa
Lihat pula: Bahasa Ilahi dan Bahasa Adam
Pencarian terhadap asal mula bahasa memiliki sejarah yang panjang berakar dari mitologi. Kebanyakan mitologi tidak menghargai manusia sebagai penemu bahasa tetapi ucapan dari bahasa Ilahi mendahului bahasa manusia. Bahasa mistik digunakan untuk berkomunikasi dengan binatang atau roh, seperti bahasa burung, juga banyak, dan memiliki ketertarikan sendiri pada masa Renaissance.
[sunting]Percobaan Historis
Sejarah memiliki sejumlah anekdot tentang orang yang mencoba menemukan asal mula bahasa dengan bereksperimen. Kisah pertama diceritakan oleh Herodotus. Ia menghubungkan bahwa Pharaoh Psammetichus (mungkin Psammetichus I) memiliki dua anak yang dibesarkan oleh buta-tuli dengan tujuan untuk melihat bahasa apa yang akan mereka gunakan. Saat anak tersebut dibawa kehadapannya, salah satu dari mereka mengatakan sesuatu yang terdengar oleh Pharaoh seperti bekos, kata Phrygian untuk roti. Dari hal tersebut Psammetichus menyimpulkan bahwa bahasa pertama adalah Phrygian. Raja James V of Scotland dikatakan melakukan percobaan yang sama: anaknya dikatakan berbicara Hebrew. [117] Dua raja pada abad pertengahan Frederick II dan Akbar dikatakan melakukan percobaan yang sama; anak yang ikut dalam percobaan tersebut tidak berbicara. [118]
[sunting]Sejarah penelitian
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Evolusi linguistik
Akhir abad 18 sampai awal abad 19 ilmuwan Eropa mengasumsikan bahwa bahasa di dunia merefleksikan bermacam tingkatan perkembangan dari primitif sampai ucapan tingkat lanjut, mencapai puncaknya pada Bahasa Indo-European, dianggap sebagai yang berkembang.[rujukan?]
Linguistik modern tidak muncul sampai akhir abad 18, dan tesis Romantis atau animisme dari Johann Gottfried Herder dan Johann Christoph Adelung masih berpengaruh sampai abad 19. Pertanyaan mengenai asal mula bahasa tampak tidak dapat dimasuki pendekatan metodis, dan pada tahun 1866 Linguistic Society of Paris secara terkenal melarang semua diskusi mengenai asal mula bahasa, menganggapnya sebagai masalah yang tidak terjawab. Meningkatnya pendekatan sistematik terhadap sejarah linguistik berkembang pada abad 19, mencapai puncaknya pada Neogrammarian ajaran dari Karl Brugmann dan lainnya.
Walaupun begitu, ketertarikan ilmuwan terhadap pertanyaan dari asal mula bahasa secara berangsur-angsur hidup kembali sejak tahun 1950-an (dan secara kontroversial) dengan ide-ide seperti tatabahasa universal, mass comparison dan glottochronology.
"Asal mula bahasa" sebagai subjek tersendiri memunculkan pembelajaran dalam neurolinguistics, psycholinguistics dan evolusi manusia. Linguistic Bibliography memperkenalkan "Origin of language" sebagai topik terpisah pada tahun 1988, sebagai sub-topik dari psycholinguistics. Institut penelitian khusus terhadap 

0 Response to "Asal Mula Bahasa Manusia"

Posting Komentar